Gagal vs Berhasil

Yosh, Selamat Hari Sabtu!

Gue selalu senang kalau ketemu hari Sabtu. Entah mungkin karena hari Sabtu adalah awal dari weekend, atau karena ya beda deh suasana sekitar pas Sabtu pagi datang šŸ˜„ (halah). Sekarang gue mau nge-sok nulis tentang ā€œGagal vs Berhasilā€.

Selama gue hidup sampai sekarang ini (hayah baru umur 16 tahun aja ngesok ā€˜selama gue hidupā€™ :p), gue sering banget ya nemu banyak orang merasa ā€˜gagalā€™ trus tiba-tiba udah ngomong-ngomong hal-hal yang depressing banget, kesannya kayak dunia ini udah berakhir aja.

Well, ya emang maklum sih semua orang juga pasti pernah ngerasain kayak gitu, gue pun juga pernah kok. Malah kalau di-flashback, banyak banget kejadian-kejadian yang waktu itu rasanya gue udah nggak ada harapan lagi, tapi toh malah sekarang gue malah mikir-mikir gara-gara kejadian-kejadian itu lah gue jadi seperti yang sekarang ini. Optimis dan penuh determinasi.

Kalau yang baru-baru ini terjadi (sebenernya udah hampir setengah tahun yang lalu) adalah ā€˜gagalā€™-nya gue diterima di PTN melalui SNMPTN Jalur Undangan. Yang ngebuat gue waktu itu merasa benar-benar gagal adalah bagaimana gue superrrrr banget berharap keterima lewat jalur itu, dan sama sekali nggak kepikiran bakal bisa melalui SNMPTN Jalur Tertulis. Awalnya, rasanya bener-bener hopeless deh. Mungkin juga karena gue jarang menghadapi kekecewaan-kekecewaan sebelumnya (alhamdulillah waktu SMA, gue hampir selalu puas dengan pencapaian-pencapaian gue), dan pas menghadapi kenyataan nggak diterima undangan ini, rasanya kayak kena tampar bahwa yang kita inginkan nggak harus selalu terjadi, dan yang terjadi nggak selalu harus yang kita inginkan. Haha XD

Bisa dibilang karena gue nggak diterima lewat undangan lah, gue berusaha abis-abisan ngejar SNMPTN Jalur Tertulis. Tapi bedanya untuk SNMPTN Tertulis itu, gue siap untuk tidak berhasil. Gue siap menerima kenyataan kalau gue nggak keterima juga. Siap untuk tidak berhasil bukan berarti lo menolak untuk berhasil. Malah dengan kesiapan itu, usaha gue lebih gue kerahkan untuk mengejar apa yang dinamakan ā€˜keberhasilanā€™.

Dan menjelang SNMPTN Tertulis, nyokap masih menghibur gue sekaligus memberi pesan bahwa gagal itu biasa. Tapi gue bilang ā€œaku nggak gagal ma, aku cuman belum berhasil ajaā€.

Jadi intinya, modal gue untuk mencapai ā€˜keberhasilanā€™ adalah keseimbangan antara optimisme dalam mencapai keberhasilan itu sendiri dan juga kesiapan untuk menghadapi kegagalan nantinya. Anggap saja kegagalan itu adalah titik refleksi (reflection point) yang siap mengantar lo ke keberhasilan yang ada di masa depan.

Semoga tulisan ini memberi inspirasi dan membuat orang-orang untuk lebih semangat menjalani dan menikmati hidup. Karena hidup ini terlalu indah, kawan šŸ˜„

ā€“zero&one,

Enreina A. Rizkiasri